27 Apr 2013

MAKALAH PERMAINAN TRADISIONAL


PERMAINAN TRADISIONAL
“BEKEL”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Workshop Matematika
Dosen Pengampu: Defi S.Pd



 


DISUSUN OLEH:

ERMA SUSANTI
11115202303

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pemanfaatan Lingkungan Sekitar ini. Sholawat beserta salam di hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW., berkat beliaulah kita di bimbing dari zaman kebodohan ke zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kami haturkan untuk dosen pembimbing Defi S.Pd dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan Makalah  ini, baik  melalui pikiran maupun materi.
Kami juga sangat menyadari atas kekurangan dari isi Penyusunan Makalah ini, maka dari itu Kami sangat mengharapkan  dan menjadi suatu kehormatan bagi Kami atas kritik dan saran dari pembaca supaya menjadi pedoman bagi Kami untuk kedepannya, dan bermanfaat bagi semua yang membacanya.


                                                                                                                                                   Pekanbaru,  25 April 2013
                                                                                                                
                                                                                                                                                          Penulis







DAFTAR ISI
                                                                                                                   
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan Penulisan

BAB II    PEMBAHASAN
A.    Permainan Bekel                                                                             
B.     Penerapan Konsep Matematika                                                      

BAB IV   PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
             
             REFERENSI



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
John Dewey (2009) menyatakan masalah sentral dari pendidikan berbasis pengalaman adalah memilah dan memilih jenis pengalaman saat ini yang tumbuh subur dan kreatif dalam pengalaman-pengalaman selanjutnya. Pengalaman melakukan Permainan tradisional bekel merupakan jenis pengalaman yang tumbuh subur dan mendukung pengalaman belajar konsep matematika.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Pasal 36 ayat 2) menyatakan bahwa “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”. Dasar pemikiran bahwa permainan tradisional merupakan potensi daerah yang berkesesuaian dengan konsep matematika. Maka kurikulum dapat menggunakan permainan tradisional sebagai bagian dari pengembangan kurikulum KTSP, yaitu pembelajaran menggunakan permainan tradisional.
B. Rumusan Masalah
            Makalah ini berisi tentang permainan tradisional yang berupa permainan bekel serta penerapannya dalam pembelajaran matematika
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Mandiri Workshop Matematika oleh dosen pengampu, serta untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang permainan tradisional yang berupa permainan bekel.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Permainan Bekel
Bekel adalah salah satu jenis permainan tradisional dari Jawa Tengah. Di kala senggang atau saat pulang dari sekolah mereka biasanya memainkan bekel bersama-sama.
Bekel biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia 7 -- 10 tahun dengan jumlah pemain 2 sampai 4 orang. Permainan ini bersifat kompetitif atau bisa dipertandingkan dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.
a.      Alat permainan bekel
1.      Bola karet. Bola ini terbuat dari karet. Besarnya kira-kira seukuran bola pingpong atau bola golf. Bola ini biasanya berwarna-warni dengan motif yang menarik.
2.      Biji bekel. Biji bekel ini ukurannya juga kecil. Biasanya terbuat dari kuningan yang berjumlah 10 buah. Setiap bijinya terdapat 4 muka yang berbeda.

b.  Cara bermain
1.      Permainan dilakukan dengan berpedoman pada peraturan sebagai berikut:      Pemain mengumpulkan sejumlah sejenis cangkang keong, tutup botol minuman ringan di lantai, dan bola di tangan pemain.
2.      Melakukan pengambilan tanpa pengembalian biji bekel pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul, selanjutnya ditangkap.
3.      Setelah bola bekel dilempar pemain mengambil satu biji bekel kemudian segera menangkap bola bekel sebelum jatuh untuk kedua kalinya.
4.      Melakukan langkah ke-2.1.3 secara berulang, sampai biji bekel terambil semua dari lantai.
5.      Melakukan langkah ke-2.1.4, bedanya, pada setiap lemparan dua biji bekel terambil, setelah habis dilanjutkan dengan 3 biji bekel, 4 biji bekel, dst.
6.      Menyamakan posisi biji bekel dengan merubah posisi biji bekel satu-persatu pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul selanjutnya ditangkap.
7.      Melakukan langkah ke-2.1.4 dan ke-2.1.5 sampai habis biji bekel dilantai.

B.     Penerapan Konsep Matematika dalam Permainan Bekel
a.      Konsep Klasifikasi
Pemain mengetahui biji bekel,  cangkang keong, tutup botol minuman ringan dengan cara mengklasifikasikan jenis benda-benda tersebut. Kemudian saat permainan berlangsung pemain menyamakan sisi biji bekel, penyamaan sisi biji bekel merupakan klasifikasi terhadap bangun ruang sederhana.
b.      Konsep Menghitung
Diawal permainan, setiap pemain mengetahui berapa banyak biji bekel yang digunakan sebagai alat permainan. Jika terdapat 10 biji bekel, maka setiap kali pemain mengambil biji bekel dilantai, pemain juga menghitung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yaitu sudah berapa kali pemain melakukan pengambilan, serta menghitung biji bekel yang diambil saat melakukan pengambilan.
c.       Konsep Penjumlahan
Saat pemain mengambil satu persatu biji bekel maka proses penjumlahan terjadi di tangan pemain. Pemain juga dapat mengambil dua biji bekel dalam setiap pengambilan; artinya terdapat proses penjumlahan 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel menjadi 6 biji bekel.
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 6
2 + 2 + 2 = 6
3 + 3 = 6

d.      Konsep Pengurangan
Setiap kali pemain mengambil satu persatu atau dua-dua biji bekel maka proses pengurangan terjadi di lantai yaitu sepuluh di ambil satu, diambil satu, diambil satu jadi sisa tujuh biji bekel.
10 – 1 – 1 – 1 = 7 atau 10 – 3 = 7
10 – 2 – 2 – 2 – 2 = 2 atau 10 – 8 = 2
e.       Konsep Perkalian
Setiap kali pemain mengambil satu persatu biji bekel maka proses perkalian terjadi di tangan, yaitu banyaknya biji bekel setiap pengambilan dikali banyaknya proses pengambilan. Satu biji bekel pada pengambilan pertama, satu lagi biji bekel pada pengambilan ke 2, satu lagi biji bekel pada pengambilan ketiga, jadi ditangan terdapat 3 biji bekel dari tiga kali pengambilan.
3 x 2 = 6 “Artinya 2 biji bekel diambil tanpa pengembalian, dilakukan 3 kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang sudah terambil. Dapat juga dikatakan 3 bekel diambil tanpa pengembalian, dilakukan 2 kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang sudah terambil.”
3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 atau 3 x 2 = 3 + 3 = 6
f.       Konsep Pembagian
Proses pembagian terjadi di lantai yaitu jika terdapat sepuluh biji bekel dilantai akan diambil dengan cara tiga biji bekel pada setiap kali melakukan pengambilan. Ambil tiga biji bekel pada pengambilan pertama, tiga lagi biji bekel pada pengambilan kedua, lalu tiga biji bekel pada pengambilan ketiga, kemudian sisa satu biji bekel belum terambil. Artinya sepuluh biji bekel dibagi tiga biji bekel disetiap pengambilan, sama dengan atau terjadi  tiga kali pengambilan sisa satu biji bekel.
10 : 3 = 3 sisa 1 (artinya terdapat 10 biji bekel, diambil 3 biji pada setiap pengambilan tanpa pengembalian, sehingga didapatkan 3 kali pengambilan, sisa 1 biji bekel yang belum diambil).
10 : 2 = 5 (artinya terdapat 10 buah biji bekel, diambil dua biji pada setiap pengabilan tanpa pengembalian, sehingga didapatkan 5 kali pengambilan).



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran matematika dapat juga berasal dari permainan tradisional. Dimana salah satunya dengan menggunakan permainan bekel. Dari permainan ini  banyak sekali konsep matematika yang dapat diterapkan. Diantaranya konsep klasifikasi, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sebenarnya masih banyak permainan tradisional dapat dijadikan media pembelajaran matematika, selain dapat mempermudah siswa dalam mempelajari matematika, kita juga ikut dalam melestarikan kebudayaan yang telah ada pada generasi selanjutnya.

B.     Saran
Sebagai seorang guru, diharapkan dapat lebih bisa kreatif lagi dalam mencari media pembelajaran matematika, bukan hanya mengandalkan media yang sudah sering digunakan. Kita juga bisa menggunakan sebuah kebudayaan masyarakat menjadi media pembelajaran matematika seperti permainan tradisional, dimana bukan hanya 1 saja permainan yang dapat digunakan tetapi masih banyak lagi permainan yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika.


REFERENSI

http://ekahariani.wordpress.com/belajar-matematika-dengan-permaian-tradisional/permainan-bekel/. Diakses tanggal 24 April 2013

http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Bekel. Diakses tanggal 24 April 2013

18 Apr 2013

Makalah Pemanfaatan Lingkungan Sekitar



PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Workshop Matematika
Dosen Pengampu: Defi S.Pd




Oleh :

 
ERMA SUSANTI
11115202303
                                
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013




KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pemanfaatan Lingkungan Sekitar ini. Sholawat beserta salam di hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW., berkat beliaulah kita di bimbing dari zaman kebodohan ke zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kami haturkan untuk dosen pembimbing Defi S.Pd dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan Makalah  ini, baik  melalui pikiran maupun materi.
Kami juga sangat menyadari atas kekurangan dari isi Penyusunan Makalah ini, maka dari itu Kami sangat mengharapkan  dan menjadi suatu kehormatan bagi Kami atas kritik dan saran dari pembaca supaya menjadi pedoman bagi Kami untuk kedepannya, dan bermanfaat bagi semua yang membacanya. 



                                                                                            Pekanbaru,  April 2013 



                                                                                                         Penulis





DAFTAR ISI
                                                                                                                      
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I      PENDAHULUAN 
  A. Latar Belakang
  B. Rumusan Masalah
  C. Tujuan Penulisan


BAB II PEMBAHASAN 
 Pemanfaatan Pohon

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran disamping aspek lain. Perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran.
Media pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media pembelajaran yang sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri , bahkan ada pula yang telah disediakan oleh alam dilingkungan sekitar kita yang dapat langsung digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman tersebut diatas maka diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan para guru untuk tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal. Begitu banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media alat peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung ( by utility resources ) , ataupun yang dirancang terlebih dahulu ( by design resources ) dan dapat pula dengan cara rekayasa media.

B.  Rumusan Masalah.
Makalah ini berisi penjelasan tentang Lingkungan Sekitar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika.
C. Tujuan Penulisan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pengampu Workshop Matematika dan bisa menambah pengetahuan bagi mahasiswa.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemanfaatan Pohon
Belajar matematika itu menyenangkan merupakan salah satu aspek yang ingin diwujudkan melalui metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Agar proses belajar matematika dapat berlangsung menyenangkan, pembelajaran matematika dapat dikemas dengan berorientasi pada lingkungan sekitar. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah RME (Realistic Mathematic Education) yaitu dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa di ajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah dialaminya. Pembelajaran di luar ruangan merupakan variasi strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar secara langsung, sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar sesuai materi yang akan dipelajari.
Penulis disini memanfaatkan pembelajaran di luar ruangan dengan menggunakan pohon sebagai media pembelajaran.  beberapa manfaat Pohon sebagai media dan sumber pembelajaran matematika yaitu:
a.      Pembelajaran materi Bangun Ruang dalam menghitung Volume dan Luas 
v  Pada batang pohon dapat dijadikan obyek seperti mengukur tinggi pohon, menghitung diameter pohon, dan panjang daun serta volume batang. 
b.      Pembelajaran materi penghitungan Aritmatika 
v  Pada ranting-ranting pohon dapat digunakan sebagai alat bantu untuk penghitungan aritmatika seperti penjumlahan ataupun pengurangan.
v  Daunnya pun juga dapat di jadikan media aritmatika
c.       Serat pohon juga dapat membantu untuk dijadikan media pembelajaran
v  Pembelajaran materi Sudut dengan Sudut Elevasi dan Sudut Depresi Penggunaan media pohon untuk mengukur sudut elevasi dan sudut depresi



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Banyak sekali manfaat yang terkandung di Alam. Allah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan berbagai manfaatnya. Kita sebagai manusia yang berpendidikan bisa menggunakan ilmu yang kita miliki untuk memanfaatkannya.
Begitu juga dengan ilmu matematika, begitu banyak media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar matematika yang bisa  dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika itu sendiri. Mislanya saja, pohon. Berbagai bagian dari pohon dapat kita jadikan alat untuk media pembelajaran matematika, seperti batang pohon, dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk menambah pemahaman kita terhadap pengukuran diameter lingkaran. Serta bagian lainnya.
Jadi, media pembelajaran bisa berasal dari mana saja, dari tekhnologi bahkan dari alam yang ada disekitar kita. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual.

B.  Saran
Guru hendaklah mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Selain, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bisa saja media tersebut berasal dari alam serta guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran. Oleh karena itulah, bagi calon-calon guru sangat perlu mempelajari media pembelajaran ini yang berguna bagi mereka ketika mengajar kelak.