✿✿✿ Welcome ✿✿✿ ◕‿◕
1 Mei 2013
27 Apr 2013
MAKALAH PERMAINAN TRADISIONAL
PERMAINAN TRADISIONAL
“BEKEL”
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Workshop Matematika
Dosen Pengampu:
Defi S.Pd
DISUSUN
OLEH:
ERMA SUSANTI
11115202303
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pemanfaatan
Lingkungan Sekitar ini.
Sholawat beserta salam di hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW., berkat
beliaulah kita di bimbing dari zaman kebodohan ke zaman yang serba canggih
seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kami haturkan untuk dosen pembimbing Defi
S.Pd dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan Makalah ini, baik melalui pikiran maupun materi.
Kami juga sangat menyadari atas kekurangan dari isi Penyusunan Makalah
ini, maka dari itu Kami sangat mengharapkan
dan menjadi suatu kehormatan bagi Kami atas kritik dan saran dari
pembaca supaya menjadi pedoman bagi Kami untuk kedepannya, dan bermanfaat
bagi semua yang membacanya.
Pekanbaru, 25
April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Permainan
Bekel
B. Penerapan
Konsep Matematika
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
REFERENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
John Dewey (2009) menyatakan masalah
sentral dari pendidikan berbasis pengalaman adalah memilah dan memilih jenis
pengalaman saat ini yang tumbuh subur dan kreatif dalam pengalaman-pengalaman
selanjutnya. Pengalaman melakukan Permainan tradisional bekel merupakan jenis
pengalaman yang tumbuh subur dan mendukung pengalaman belajar konsep matematika.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional (Pasal 36 ayat 2) menyatakan bahwa
“Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik”. Dasar pemikiran bahwa permainan tradisional merupakan potensi daerah
yang berkesesuaian dengan konsep matematika. Maka kurikulum dapat menggunakan
permainan tradisional sebagai bagian dari pengembangan kurikulum KTSP, yaitu
pembelajaran menggunakan permainan tradisional.
B. Rumusan
Masalah
Makalah ini berisi tentang permainan
tradisional yang berupa permainan bekel serta penerapannya dalam pembelajaran
matematika
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas Mandiri Workshop Matematika oleh dosen pengampu, serta untuk
menambah pengetahuan mahasiswa tentang permainan tradisional yang berupa
permainan bekel.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Permainan
Bekel
Bekel adalah salah satu jenis permainan tradisional dari
Jawa Tengah. Di kala senggang atau saat pulang dari sekolah mereka biasanya
memainkan bekel bersama-sama.
Bekel biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia 7
-- 10 tahun dengan jumlah pemain 2 sampai 4 orang. Permainan ini bersifat
kompetitif atau bisa dipertandingkan dengan aturan-aturan yang disepakati
bersama.
a.
Alat permainan bekel
1. Bola karet. Bola ini terbuat dari
karet. Besarnya kira-kira seukuran bola pingpong atau bola golf. Bola ini
biasanya berwarna-warni dengan motif yang menarik.
2. Biji bekel. Biji bekel ini ukurannya
juga kecil. Biasanya terbuat dari kuningan yang berjumlah 10 buah. Setiap
bijinya terdapat 4 muka yang berbeda.
b. Cara bermain
1. Permainan dilakukan dengan
berpedoman pada peraturan sebagai berikut: Pemain
mengumpulkan sejumlah sejenis cangkang keong, tutup botol minuman ringan di
lantai, dan bola di tangan pemain.
2. Melakukan pengambilan tanpa
pengembalian biji bekel pada saat bola bekel dilempar, lalu jatuh dan memantul,
selanjutnya ditangkap.
3. Setelah bola bekel dilempar pemain
mengambil satu biji bekel kemudian segera menangkap bola bekel sebelum jatuh
untuk kedua kalinya.
4. Melakukan langkah ke-2.1.3 secara
berulang, sampai biji bekel terambil semua dari lantai.
5. Melakukan langkah ke-2.1.4, bedanya,
pada setiap lemparan dua biji bekel terambil, setelah habis dilanjutkan dengan
3 biji bekel, 4 biji bekel, dst.
6. Menyamakan posisi biji bekel dengan
merubah posisi biji bekel satu-persatu pada saat bola bekel dilempar, lalu
jatuh dan memantul selanjutnya ditangkap.
7. Melakukan langkah ke-2.1.4 dan ke-2.1.5
sampai habis biji bekel dilantai.
B.
Penerapan Konsep Matematika dalam
Permainan Bekel
a.
Konsep
Klasifikasi
Pemain mengetahui biji bekel, cangkang keong, tutup
botol minuman ringan dengan cara mengklasifikasikan jenis benda-benda tersebut.
Kemudian saat permainan berlangsung pemain menyamakan sisi biji bekel,
penyamaan sisi biji bekel merupakan klasifikasi terhadap bangun ruang
sederhana.
b.
Konsep
Menghitung
Diawal permainan, setiap pemain mengetahui berapa banyak
biji bekel yang digunakan sebagai alat permainan. Jika terdapat 10 biji bekel,
maka setiap kali pemain mengambil biji bekel dilantai, pemain juga menghitung
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yaitu sudah berapa kali pemain melakukan
pengambilan, serta menghitung biji bekel yang diambil saat melakukan
pengambilan.
c.
Konsep
Penjumlahan
Saat pemain mengambil satu persatu biji bekel maka proses
penjumlahan terjadi di tangan pemain. Pemain juga dapat mengambil dua biji
bekel dalam setiap pengambilan; artinya terdapat proses penjumlahan 2 biji
bekel ditambah 2 biji bekel ditambah 2 biji bekel menjadi 6 biji bekel.
1 + 1 + 1
+ 1 + 1 + 1 = 6
2 + 2 + 2
= 6
3 + 3 = 6
d.
Konsep Pengurangan
Setiap kali pemain mengambil satu persatu atau dua-dua biji
bekel maka proses pengurangan terjadi di lantai yaitu sepuluh di ambil satu,
diambil satu, diambil satu jadi sisa tujuh biji bekel.
10 – 1 – 1
– 1 = 7 atau 10 – 3 = 7
10 – 2 – 2
– 2 – 2 = 2 atau 10 – 8 = 2
e.
Konsep
Perkalian
Setiap kali pemain mengambil satu persatu biji bekel maka
proses perkalian terjadi di tangan, yaitu banyaknya biji bekel setiap
pengambilan dikali banyaknya proses pengambilan. Satu biji bekel pada
pengambilan pertama, satu lagi biji bekel pada pengambilan ke 2, satu lagi biji
bekel pada pengambilan ketiga, jadi ditangan terdapat 3 biji bekel dari tiga
kali pengambilan.
3 x 2 = 6 “Artinya 2 biji bekel diambil tanpa pengembalian,
dilakukan 3 kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang sudah
terambil. Dapat juga dikatakan 3 bekel diambil tanpa pengembalian, dilakukan 2
kali pengambilan, sehingga didapat 6 biji bekel yang sudah terambil.”
3 x 2 = 2 + 2 + 2 = 6 atau 3 x 2 = 3 + 3 = 6
f.
Konsep
Pembagian
Proses pembagian terjadi di lantai yaitu jika terdapat
sepuluh biji bekel dilantai akan diambil dengan cara tiga biji bekel pada
setiap kali melakukan pengambilan. Ambil tiga biji bekel pada pengambilan
pertama, tiga lagi biji bekel pada pengambilan kedua, lalu tiga biji bekel pada
pengambilan ketiga, kemudian sisa satu biji bekel belum terambil. Artinya
sepuluh biji bekel dibagi tiga biji bekel disetiap pengambilan, sama dengan
atau terjadi tiga kali pengambilan sisa satu biji bekel.
10 : 3 = 3 sisa 1 (artinya terdapat 10 biji bekel, diambil 3
biji pada setiap pengambilan tanpa pengembalian, sehingga didapatkan 3 kali
pengambilan, sisa 1 biji bekel yang belum diambil).
10 : 2 = 5 (artinya terdapat 10 buah biji bekel, diambil dua
biji pada setiap pengabilan tanpa pengembalian, sehingga didapatkan 5 kali
pengambilan).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran matematika dapat juga
berasal dari permainan tradisional. Dimana salah satunya dengan menggunakan
permainan bekel. Dari permainan ini
banyak sekali konsep matematika yang dapat diterapkan. Diantaranya
konsep klasifikasi, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Sebenarnya masih banyak permainan
tradisional dapat dijadikan media pembelajaran matematika, selain dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari matematika, kita juga ikut dalam
melestarikan kebudayaan yang telah ada pada generasi selanjutnya.
B.
Saran
Sebagai seorang guru, diharapkan dapat
lebih bisa kreatif lagi dalam mencari media pembelajaran matematika, bukan
hanya mengandalkan media yang sudah sering digunakan. Kita juga bisa
menggunakan sebuah kebudayaan masyarakat menjadi media pembelajaran matematika
seperti permainan tradisional, dimana bukan hanya 1 saja permainan yang dapat
digunakan tetapi masih banyak lagi permainan yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran matematika.
REFERENSI
http://ekahariani.wordpress.com/belajar-matematika-dengan-permaian-tradisional/permainan-bekel/. Diakses
tanggal 24 April 2013
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Bekel. Diakses
tanggal 24 April 2013
18 Apr 2013
Makalah Pemanfaatan Lingkungan Sekitar
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Workshop Matematika
Workshop Matematika
Dosen Pengampu:
Defi S.Pd
Oleh
:
ERMA SUSANTI
11115202303
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah Pemanfaatan
Lingkungan Sekitar ini.
Sholawat beserta salam di hadiahkan untuk Nabi Besar Muhammad SAW., berkat
beliaulah kita di bimbing dari zaman kebodohan ke zaman yang serba canggih
seperti sekarang ini.
Ucapan terima kasih kami haturkan untuk dosen pembimbing Defi
S.Pd dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan Makalah ini, baik melalui pikiran maupun materi.
Kami juga sangat menyadari atas kekurangan dari isi Penyusunan Makalah
ini, maka dari itu Kami sangat mengharapkan
dan menjadi suatu kehormatan bagi Kami atas kritik dan saran dari
pembaca supaya menjadi pedoman bagi Kami untuk kedepannya, dan bermanfaat
bagi semua yang membacanya.
Pekanbaru, April 2013
Penulis
Pekanbaru, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Pemanfaatan Pohon
BAB III PENUTUP
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Pemanfaatan Pohon
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pengajaran disamping aspek lain. Perkembanagan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak
tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan zaman. Oleh karena itu, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat
yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran.
Media
pembelajaran terdiri dari berbagai macam jenis, dari media pembelajaran yang
sederhana dan murah hingga media pembelajaran yang canggih dan mahal. Dari
mulai rakitan pabrik hingga buatan tangan para guru itu sendiri , bahkan ada
pula yang telah disediakan oleh alam dilingkungan sekitar kita yang dapat langsung
digunakan sebagai media pembelajaran. Atas dasar pemahaman tersebut diatas maka
diharapkan tidak ada lagi argumentasi yang muncul dikalangan para guru untuk
tidak dapat menggunakan alat peraga oleh karena biayanya mahal. Begitu
banyaknya lingkungan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai media alat
peraga tanpa perlu biaya mahal. Beberapa benda dilingkungan kita dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik yang dimanfaatkan secara langsung (
by utility resources ) , ataupun yang dirancang terlebih dahulu ( by design
resources ) dan dapat pula dengan cara rekayasa media.
B. Rumusan
Masalah.
Makalah
ini berisi penjelasan tentang Lingkungan Sekitar yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran matematika.
C. Tujuan
Penulisan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pengampu Workshop Matematika dan bisa
menambah pengetahuan bagi mahasiswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pemanfaatan Pohon
Belajar
matematika itu menyenangkan merupakan salah satu aspek yang ingin diwujudkan
melalui metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan). Agar proses belajar matematika dapat berlangsung menyenangkan,
pembelajaran matematika dapat dikemas dengan berorientasi pada lingkungan
sekitar. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah RME (Realistic
Mathematic Education) yaitu dengan mengaitkan dan melibatkan lingkungan
sekitar, pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan
matematika sebagai aktivitas siswa. Siswa di ajak berpikir cara menyelesaikan
masalah yang pernah dialaminya. Pembelajaran di luar ruangan merupakan variasi
strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar
secara langsung, sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar sesuai materi
yang akan dipelajari.
Penulis
disini memanfaatkan pembelajaran di luar ruangan dengan menggunakan pohon
sebagai media pembelajaran. beberapa
manfaat Pohon sebagai media dan sumber pembelajaran matematika yaitu:
a. Pembelajaran
materi Bangun Ruang dalam menghitung Volume dan Luas
v Pada
batang pohon dapat dijadikan obyek seperti mengukur tinggi pohon, menghitung
diameter pohon, dan panjang daun serta volume batang.
b. Pembelajaran
materi penghitungan Aritmatika
v Pada
ranting-ranting pohon dapat digunakan sebagai alat bantu untuk penghitungan
aritmatika seperti penjumlahan ataupun pengurangan.
v Daunnya
pun juga dapat di jadikan media aritmatika
c. Serat
pohon juga dapat membantu untuk dijadikan media pembelajaran
v Pembelajaran
materi Sudut dengan Sudut Elevasi dan Sudut Depresi Penggunaan media pohon
untuk mengukur sudut elevasi dan sudut depresi
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak
sekali manfaat yang terkandung di Alam. Allah menciptakan alam semesta beserta
isinya dengan berbagai manfaatnya. Kita sebagai manusia yang berpendidikan bisa
menggunakan ilmu yang kita miliki untuk memanfaatkannya.
Begitu
juga dengan ilmu matematika, begitu banyak media pembelajaran sebagai alat bantu
mengajar matematika yang bisa
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika itu sendiri. Mislanya
saja, pohon. Berbagai bagian dari pohon dapat kita jadikan alat untuk media
pembelajaran matematika, seperti batang pohon, dapat dijadikan sebagai alat
bantu untuk menambah pemahaman kita terhadap pengukuran diameter lingkaran.
Serta bagian lainnya.
Jadi,
media pembelajaran bisa berasal dari mana saja, dari tekhnologi bahkan dari
alam yang ada disekitar kita. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat
membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke
alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut
di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah
seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya
belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas
dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan
emosional serta intelektual.
B. Saran
Guru
hendaklah mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan
tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan zaman. Selain, guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang
murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bisa saja media tersebut berasal
dari alam serta guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pengajaran. Oleh karena itulah, bagi calon-calon guru sangat
perlu mempelajari media pembelajaran ini yang berguna bagi mereka ketika
mengajar kelak.
Langganan:
Postingan (Atom)